Perlahan namun pasti orang - orang yang melaknat ahok mendapat balasannya. Tanpa Ahok harus membalas cacian kepada Ustad Al Habsyi, hukum alam lah yang perlahan membuka kedok dari Ustad Al Habsyi. Masih terngiang - ngiang bagaimana Ustad Al Habsyi dengan keji melaknat Ahok.
"Ahok itu sombong, orang sombong harus di lawan dengan kesombongan juga, Attakabbur 'alla Mutakabbir Shadaqah, Bersikap sombong terhadap orang sombong itu sedekah,"
Ustadz Ahmad Al-Habsyi menegaskan bahwa sikap sombong seperti yang dilakukan Ahok merupakan perangi iblis.
"Ahok bukan manusia, Ahok bukan keturunan manusia, sebab Nabi Adam tidak pernah melakukan dosa sombong. Nabi Adam hanya melakukan dosa tamak, yang melakukan kesombongan itu hanya iblis, jadi Ahok keturunan iblis,"
Luar biasa sadis. Sangat tidak pantas seorang yang mengaku ustadz mengatakan perkataan yang sangat tidak pantas. Seorang manusia yang melaknat ciptaan Allah. Saya beruntung tidak belajar islam darinya. Sangat tidak pantas untuk dijadikan teladan. Saya beruntung belajar islam dari ulama - ulama yang santun dan benar - benar mewarisi karakter Nabi Muhammad SAW.
Saya tidak mempermasalahkan Ustad Al Habsyi mau berpoligami berapa pun jumlahnya. Silahkan bawa dalil Qur'an unutk pembenaran melakukan poligami. Nabi Muhammad SAW pun melakukan poligami meskipun atas dasar menolong perempuan - perempuan yang ditinggal mati suaminya dalam peperangan.
Namun, saya miris dengan gaya poligami ustadz - ustadz di indonesia. Gaya poligami mereka tidak mengikuti gaya Nabi Muhammad SAW. Mereka melakukan poligami justru dengan perempuan yang lebih cantik dan muda di banding istri yang pertama. Kira - kira poligami seperti ini untuk menolong, atau menolong syahwatnya yang tidak terkontrol?
Saya tidak mempermasalahkan poligami jika memang tujuannya unutk menolong para janda, bukan untuk memenuhi nafsu syahwat. Namun jika poligaminya dengan perempuan yang lebih muda dan cantik di banding istri pertama, saya katakan, kemungkinan besar untuk memenuhi hawa nafsu. Dalil poligami hanya sebagai pembenar untuk menutupi keinginan syahwatnya.
Yang parah, Ustadz Al Habsyi poligami namun tanpa sepengetahuan istrinya. Kesalahannya bertumpuk - tumpuk. Poligami saja sudah menyakiti perasaan istri, apa lagi tanpa sepengetahuan sang istri, ini termasuk dosa yang murokkab.
Perempuan mana pun akan sakit hati jika memiliki suami yang melakukan poligami tanpa sepengetahuan sang istri. Sangat tidak mencerminkan sebagai seorang Ustadz yang hobinya menasihati orang. Menasihati diri sendiri saja tidak bisa, sudah berani menasihati orang lain.
Indonesia sedang darurat ustadz abal - abal. Televisi ramai menampilkan ustadz - ustadz yang belum memenuhi kualifikasi seorang ustadz. Mereka hanya ustadz seleb yang tidak ada bedanya dengan artis.
Para ustadz televisi juga memiliki manajemen dengan tarif berjuta - juta untuk sekali ngisi ceramah. Bahkan mereka menolak ngisi ceramah jika tarifnya tidak sesuai yang diinginkan. Heran, ustadz kok seperti artis dan menjadi sebuah profesi.
Padahal, dalam berdakwah harus lillahi ta'ala tanpa mengharapkan imbalan apa pun dari manusia. Bahwa nantinya seorang penceramah mendapat imbalan dari pihak yang mengundang, ini urusan lain. Yang tidak boleh adalah ketika ustadz tersebut mematok tarif untuk sekali mengisi ceramah.
Ini sangat membuat miris dan mencoreng agama islam. Saya pikir kemenag secepatnya melakukan sertifikasi ustadz agar tidak muncul ustadz abal -abal, ustadz dadakan yang tidak berkompeten menjadi ustadz.(sbr)
NB: Dikutip dari seorang bernama MbakLisa