Surat pernyataan untuk memilih pasangan calon gubernur muslim yakni pasangan calon nomer tiga Anies-Sandi yang terjadi di wilayah Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, ternyata bukan hanya isapan jempol belaka.
Sperti dilansir Warta Kota, Rabu 15 Maret 2017, surat itu memang ada dan kini sudah menjadi barang bukti untuk penyelidikan lebih lanjut oleh pihak Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kota Jakarta Selatan serta kejaksaan dan kepolisian yang tergabung dalam Sentra Gakkumdu (Penegakan Hukum Terpadu).
Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, Sumarsono, meminta pihak kepolisian untuk lekas mengusut kasus itu setelah dia melihat salinan surat pernyataan tersebut.
Salinan surat pernyataan untuk memilih calon gubernur muslim sebagai syarat salatkan jenazah di Pondok Pinang, Kebayoran Lama.
Salinan surat pernyataan untuk memilih calon gubernur muslim sebagai syarat salatkan jenazah di Pondok Pinang, Kebayoran Lama.
“Itu kalau dilakukan oleh seorang (Ketua) RT 05/02, menskenario surat apalagi seperti itu dibiarkan, itu artinya dia tidak netral. Polisi harus cepat bergerak (mengusut kasus itu),” ujar Sumarsono dalam sebuah diskusi interaktif di salah satu stasiun televisi.
Sementara Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono, menyatakan akan menunggu pihak Panwaslu untuk melaporkan kasus tersebut untuk diselidiki unsur pidananya.
Surat pernyataan tersebut pertama kali diungkapkan Yoyo Sudaryo (56), warga RT 05/02 Kelurahan Pondok Pinang, kepada Warta Kota, belum lama ini. Dia terpaksa menandatangani surat itu sebagai syarat agar jenazah mertuanya, Siti Rohbaniah (74), disalatkan di salah satu masjid di Pondok Pinang.
Wujud asli surat pernyataan memilih gubernur muslim itu kini telah berada di tangan pihak berwajib. Namun, Warta Kota berhasil memperoleh gambar salinan surat tersebut dari sumber terpercaya yang merupakan warga setempat.
Adapun surat pernyataan itu hanya berupa tulisan tangan di atas secarik kertas dan dilengkapi meterai Rp 6.000.
Berikut isi surat pernyataan tersebut:
Surat Pernyataan
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama: Yoyo Sudaryo
Tempat Tanggal Lahir: Jepara 19-3-1961
Agama: Islam
Alamat: Jl Pondok Pinang 3 / Gang Bidan RT 005/02 Pd Pinang
Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa saya akan mendukung dan memilih gubernur DKI 2017-2022, pasangan calon gubernur MUSLIM.
Demikianlah pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dalam keadaan sadar jasmani dan rohani.
Jakarta, 09-03-2017
Selain Yoyo, di bagian bawah surat itu juga ditandatangani oleh seseorang bernama Susanti, Faisal Riza, dan Ketua RT 05/02 Ma’mun Achyar yang dilengkapi stempel RT setempat.
Seperti diberitakan sebelumnya, Yoyo Sudaryo (56), seorang warga RT 05/02 Kelurahan Pondok Pinang, Kecamatan Kebayoran Lama, dipaksa menandatangani surat pernyataan untuk memilih pasangan calon gubernur muslim yakni Anies-Sandi pada hari pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta putaran dua yang akan datang.
Hal itu wajib dilakukan Yoyo jika ingin jenazah mertuanya, Siti Rohbaniah (80), disalatkan oleh pengurus salah satu masjid di Pondok Pinang. Yoyo dan keluarganya dituding sebagai pendukung paslon Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat.
“Kamis pagi udah rapi mau dikafani, dimandiin, nggak ada masalah. Siangnya pas mau disalatin saya disuruh tanda tangan, yang bikin tulisannya Pak RT. Isinya bahwa saya berjanji akan mendukung pasangan Anies-Sandi di putaran dua nanti. Ada meterainya juga,” ungkap Yoyo, Jumat pekan lalu.
Karena tak tega jenazah sang ibu mertua terbengkalai, dia pun akhirnya membubuhkan tandatangan di atas selembar kertas itu.
“Awalnya sih, saya nggak curiga, lagi kesusahan nggak nyangka nggak mau disalatin. Menurut saya mau pilih siapa itu urusan saya sama Tuhan. Tapi yang penting ibu saya disalatin,” bilang Yoyo.
Beberapa saat, setelah Yoyo mengguratkan tandatangannya, barulah jenazah ibu mertuanya disalatkan dan akhirnya dimakamkan di TPU Tanah Kusir.
Dikatakan Yoyo, sebenarnya dia dan keluarganya tidak pernah mengungkapkan sebagai pendukung pasangan calon tertentu.
Bahkan, sang ibu mertua tidak ikut memilih dalam putaran pertama 15 Februari lalu karena sudah uzur.
“Saya dari dulu siapapun gubernurnya kampanye nggak pernah ikut, nempel poster juga nggak. Bahkan, saya menolak ada poster pasangan manapun di rumah saya.
Makanya saya heran sampai begini,” katanya.
Yoyo mengakui, dia memang pernah bergurau dengan tetangga-tetangganya seputar persaingan paslon Anies-Sandi dan Ahok-Djarot dalam Pilkada DKI, kali ini.
“Saya memang kadang berkelakar ke tetangga. Saya bilang, saya nggak pilih Ahok karena dia Kristen, sementara saya Islam. Lalu, tetangga tanya, terus pilih siapa? Pilih Djarot, kata saya gitu,” ungkap Yoyo.(Sumber)